Aura Kejujuran
06.19 | Author: Hafidz Attamim, S.Kom

Pernahkah menatap orang terdekat ketika sedang tidur.......
Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.
Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari
seseorang.
Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa
jadi akan
tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di
dunia pun
jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah Anda saat beliau sedang tidur.

Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan
ringkih,
betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut
mulai terpahat di wajahnya.
Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita,
anak-anaknya.
Orang inilah yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan
pendidikan kita berjalan lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibunda Anda.

Kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh
bayi kita itu,
kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari
mengurus kebutuhan kita.
Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-
mata karena rasa
kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.


Cobalah tatap wajah orang-orang tercinta itu...
Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak,
Sahabat, Semuanya...

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan saat menatap wajah yang
terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa
Banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda.
Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa
selalu saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa
tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.
Dan ekspresi wajah ketika tidurpun mengungkap segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.
Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus
dan mendidik anak, mengatur rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita. Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang
terkasih itu" tak lagi membuka matanya, selamanya

Dekaplah mereka dengan penuh kasih sayang, Pandanglah beliau dengan

penuh tulus dan bicaralah dengan lembut maka kasih dan sayang akan
tercurah begitu lembut......................